De Tijger Brigade op Midden Java 1946 - 1949
Eskadron Tangi VII
Eskadron Vechtwagens VII dibentuk pada tgl. 17 Nopember 1947 di Apeldoorn. Karena kurangannya tranportasi, baru tgl. 31 Maret 1948 mereka berangkat menuju Hindia Belanda Timur dengan “Kota Baroe“ dan tiba di Tandjong Priok pada tgl. 5 Juli 1948. Perjalanan tersebut memakan waktu yg lebih lama, karena Kota Baroe mendapat masalah dengan mesinnya sebanyak 3 kali. Dari Tandjong Priok komandan pasukan tank dan pengemudinya pindah ke Depot Pantsertroepen di Bandoeng untuk membiasakan diri dengan tank Stuart. Sisa Eskadron Vechtwagens 7 melanjutkan perjalanan ke Semarang 3 hari sesudahnya.
Setelah tiba di Jawa Tengah Eskadron Vechtwagens VII mulai berpatroli dengan jalan kaki disekitar Salatiga. Mereka mengambil-alih perlindungan terhadap stasiun listrik di Djelok. Ditambah latihan tembak-menembak di pegunungan di Banjoe Biroe. Selama Aksi Polisi II Eskadron Vechtwagens VII mengamankan jembatan-jembatan dan mempekerjakan teknisi-teknisinya selama pergerakan ke Jogjakarta. Setelah itu mereka bertugas patroli lagi, disamping berpartisipasi dalam berberapa operasi besar di sekitar Bloembang, Jogja dan Sentolo. Di awal bulan Januari Eskadron Vechtwagens VII mengambil bagian dalam serangan kejutan di Wates dengan berhasil melakukan kontak dengan W Brigade. Dan dengan bekerja-sama dengan Resimen Infantri 1-15 rute konvoi antara Jogja dan Magelang tetap terbuka dan daerah luas disekitarnya berada dibawah kontrol mereka. Patroli-patroli dilakukan baik dengan berjalan kaki maupun dengan tank-tank dan kendaraan-kendaraan bersenjata.
Ketika lawan mencoba menyerang dan mengambil-alih Jogjakarta pada tgl. 1 Maret 1949 dengan memblokir semua jalan dan mengisolasi pos-pos luar yg lebih kecil, peleton 3 dari Eskadron Vechtwagens VII yg mengagalkan penyerangan dan mengetahui adanya bahaya. Bersama dengan Infantri KNIL V dan Eskadron Pantserwagens 2, Eskadron Vechtwagens VII meredakan penyerangan tersebut. Dua buah tank patroli bergegas turun ke jalan kecil dan membuat Letnan II G. van Osch terjun dalam kekacauan ketika sebuah ranjau German meledak di depan tank, meledakkan sisi kanan dari tanknya. Menembak dengan apapun yg dimiliki mereka, kedua tank tersebut menarik diri dari daerah mematikan (tank Letnan 2 G. van Osch menggunakan sisi kiri) dan menahan lawan sampai peleton II yg menjawab panggilan radio mereka datang menyelamatkan mereka.
Diketahui bahwa dikemudian hari Jogjakarta dievakuasi dan dikembalikan kepada lawan. Para lawan masih melanjutkan aksi mereka di dalam daerah tersebut dan menyebabkan penundaan penarikkan diri. Tetapi evakuasi berlanjut dan pada tgl. 30 Juni 1949 peleton tank III dari Eskadron Vechtwagens VII meninggalkan Jogjakarta, bersama dengan peleton III dari Eskadron Pantserwagens II sebagai unit pasukan Belanda yg terakhir.
Setelah Jogjakarta Eskadron Vechtwagens VII berpusat di Magelang untuk reorganisasi dan istirahat. Selain tugas yg normal dengan unit-unit yg berbeda-beda dari Tijger Brigade, peleton infantry digunakan untuk mengawal staff Brigade di Salatiga. Pada tgl. 17 Desember 1949 daerah di sekitar Magelang dikembalikan kepada lawan, kecuali posisi yg dinamakan coffeepot (pot kopi), sebuah kebun kopi yg terlantar yg terletak antara Magelang dan Ambarawa. Letnan II Letnan G. van Osch ditinggal disana dengan peleton tank II dan III, peleton pembersih area dan persediaan pasukan. Walaupun mereka berada di tengah daerah yg dikuasai lawan banyak pemimpin kampung yg bertanya kepada G. van Ocsh untuk melanjutkan patroli bersenjata, untuk mengamankan daerah dari kelompok-kelompok bersenjata dan babi-babi liar yang menyebabkan banyak kerusakan sawah-sawah. Karena itu dibuat perjanjian dengan lawan di daerah itu bahwa mereka melanjutkan patroli bersenjata untuk menjaga keamanan di daerah sana dan untuk mendukung pemimpin-pemimpin lokal.
Sebelum Eskadron Vechtwagens VII menuju Batavia, mereka menyerahkan peralatan mereka kepada lawan. Pada tgl. 9 Mei 1950 Eskadron Vechtwagens meninggalkan Tandjong Priok dengan kapal General M.L Hersey.